Selasa, 01 November 2016
PENIPUAN BERKEDOK HIPNOTIS
Banyaknya perguruan tinggi yang berada di Surabaya
menjadikan salah satu faktor banyaknya mahasiswa yang berada di luar kota
Surabaya melanjutkan studinya. Hari minggu dimana hari para mahasiswa dan
mahasiswi berangkat dari kampung halaman untuk kembali ke Surabaya dan melanjutkan
aktivitas perkulihan dihari esok. Biasanya para mahasiswa dan mahasiswi kembali
diantar oleh keluarganya atau berangkat bersama dengan teman – temannya naik
kendaraan umum. Namun tidak dengan Dimas Ayu (19) seorang mahasiswi dari Institut
Teknologi Sepuluh Nopember ini. Ia berangkat naik kereta api dari stasiun Sumobito,
Jombang menuju ke stasiun Gubeng Lama sendiri tanpa ada seorang yang menemani. Padahal
pada hari ini Dimas berniat membeli Handphone
di WTC (World Trade Center).
Dengan
membawa uang tunai Rp.2.000.000,00 dan ATM berisi saldo Rp.4.000.000,00 yang
sudah disiapkan dari rumah. Sebelum berangkat Ibu Dimas sudah mengingatkan
untuk membeli Handphonenya bisa dilain
hari atau mengajak teman untuk membeli Handphone
agar tidak sendirian dan bisa saling mengingatkan. Tetapi banyaknya
kebutuhan yang harus diselesaikan menggunakan Smartphone, Dimas mengabaikan hal – hal buruk yang mungkin terjadi
pada dirinya. Dia pun bertekad untuk berangkat sendiri.
Sesampainya di gubeng sekitar pukul 07.15 WIB Dimas
lansung menuju ke WTC untuk membeli Handphone. Jarak antara stasiun Surabaya
Gubeng Lama dan WTC tidaklah terlalu jauh ia pun memutuskan untuk berjalan
kaki. Sesampai di WTC ternyata belum buka. Bingung mau ke mana, Dimas pun
memutuskan untuk kembali lagi ke stasiun Surabaya Gubeng Lama dengan jalan kaki.
Di tengah – tengah perjalanan sekitas jam 08.00 WIB Dimas bertemu seseorang
laki - laki dengan ciri – ciri pendek dan berkumis yang menawarkan tumpangan
dengan naik sepeda Jupiter warna biru untuk
menuju ke stasiun Surabaya Gubeng Lama. Awalnya ia menolak ajakannya namun
karena di paksa terus menurus dan lama – lama kelamaan akhirnya Dimas bersedia
untuk naik sepeda motornya.
Di tengah – tengah perjalan Bapak tersebut mengatakan
sesuatu yang membuat Dimas terkejut bahwa akan terjadi hal yang buruk menimpa
dirinya. Awalnya Dimas tidak percaya dengan perkataan Bapak tersebut. Namun
lama – kelamaan perkataan Bapak tersebut terkesan sangat meyakinkan. Hal ini membuat Dimas langsung terpengaruh dan
percaya dengan apa yang di ucapkannya. Dimas diajak berkeliling dan berhenti di
beberapa tempat agar Bapaknya bisa melancarkan aksinya. Pertama Bapak ini
berhenti didepannya Stasiun Wonokromo, pada saat ini Bapak tersebut
mengeluarkan paku yang terdapat pada tangan kanan Dimas tepatnya di jari manis.
Bapak itu mengeluarkan tiga paku secara bertahap yang mana katanya bisa
mengurangi nasib buruk Dimas. Kata bapaknya masih terdapat dua paku lagi yang
belum bisa dikeluarkan. Dimas yang cemas akan hal tersebut makin percaya perkataan
– perkataannya.
Segala perkataan yang dilontarkan oleh Bapaknya
menjadikan Dimas tersugesti dan percaya segala perkataannya. Hal tersebut
membuat mudah Bapak tersebut meminta uang dan ATM beserta pinnya yang dibawa
oleh Dimas pada saat perjalanan. Setelah itu dia membawa Dimas berkeliling
Surabaya sesampai di daerah jalan Margorejo 2 Dimas diturunkan di pinggir jalan.
Kata Bapaknya Dimas di suruh menunggu di Plasa Marina sesambari dia memberikan
doa – doa pada uang dan ATM agar Dimas terhindar nasib buruk yang akan
menimpanya. Setelah turun dari sepeda motornya dimas diberi uang Rp 30.000
untuk naik angkot ke Plasa Marina serta dua ATM BCA beserta pinnya. Lalu Bapak
tersebut pergi meninggalkan Dimas sendiri.
Setalah menunggu terdapat angkot yang berhenti
menghampiri Dimas. Dimas pun naik angkot dengan tujuan ke Plasa Marina. Sesampainya
di Plasa Marina dengan pikiran yang masih kemana - mana dan belum sadar penuh Dimas pun lansung
menuju ATM BCA yang berada di dalam plasa marina untuk mengecek kedua ATM yang
telah diberikan kepadanya. Setelah dicek berulang – ulang ternyata kedua ATM
tersebut tidak dapat melakukan transaksi kerena pin yang di berikan salah. Dengan
keadaan panik Dimas pun lansung menemui satpam yang bertugas di Plasa Marina. Setelah
mendengarkan laporan dari Dimas satpam yang bertugas itu pun lansgung mengantar
ke Polsek Wonocolo.
Setibanya di polsek Wonocolo Dimas lagsung
melaporkan kejadian yang dialaminya. Dimas kehilangan uang tunai sebesar
Rp.2.000.000 dan ATM dengan saldo Rp.4.000.000. untungnya Dimas masih mengingat
plat nomer sepeda pelaku tersebut. Polisi pun sebisa mungkin membantu untuk
melacak plat nomer sepeda pelaku. Polisi menyarankan Dimas untuk menghubungi
keluarganya dan memblokir ATM tersebut. Dengan keadaan lemas dan takut akan di
marahi orang rumah Dimas menghubungi kakaknya yang di rumah untuk sesegera
memblokir ATM milik Ibunya. Namun pelaku sudah bergerak dengan cepat. Uang yang
ada di ATM tersebut telah melakukan dua kali transaksi dan mengambil semua uang
yang ada di ATM tersebut.
Dimas yang masih dalam keadaan takut dan bingung
mencoba menghubungi nomer teman yang dia hafal untuk menjemputnya. Posisi pada
saat itu Dimas di kantor Polisi Sektor Wonocolo sendiri dan tidak membawa
handphone yang mengakibatnya dirinya bingung kemana. Untung salah satu temannya
bisa dihubungi lewat telepon yang dia pinjam di kantor polisi. Setelah menghubungi
salah satu temannya, kabar tersebut pun menjalar untuk menghubungi teman yang
lain yang bisa menjemput Dimas di Polsek Wonocolo.
Langganan:
Postingan (Atom)